Powered By Blogger

Senin, 06 September 2010

REVIEW PERKEMBANGAN MORFOLOGI KOTA KUDUS


Salah satu kabupaten di provinsi semarang yang berpotensi adalah kabupaten kudus. Kota yang mempunyai julukan sebagai kota kretek ini mempunya perkempangan morfologi yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Hal ini di tunjukan dengan semakin majunya sarana dan prasarana yang ada di kota tersebut. Oleh karena itu saya tertarik untuk mereview kota kretek ini. Dan sya berharap agar review ini dapat berkenan.

Orang biasanya mengenal Kota Kudus sebagai Kota Kretek dengan PT Djarum sebagai pabrik yang terbesar dan diikuti oleh pabrik-pabrik rokok lainnya. Namun lebih dari itu, Kota Kudus ternyata menyimpan sejarah panjang yang menjadi goresan tinta sejarah peradaban. Karena terletak di jalur Pantura yang merupakan jalur perdagangan yang vital, kurang lebih 53 km dari Semarang atau sekitar 45 menit lewat perjalanan darat dari Kota Semarang menjadikan Kota Kudus sebagai daerah tujuandagang dan wisata yang menarik untuk dikunjungi. Nama Kudus sendiri berasal dari bahasa Arab al-Quds yang berarti suci, konon Kudus satu-satunya kota di Jawa yang mengadopsi namanya dari bahasa Arab. Walaupun karakter Islam sangat kuat di Kudus, namun pengaruh Hindu masih tetapberlaku, Misalnya dilarang menyembelih sapi di dalam wilayah Kota Kudus. Penyebar Islam pertama di Kudus yang bernama Ja’far Shadiq atau lebih dikenal dengan Sunan Kudus mengetahui bahwa sapi adalah binatang suci Umat Hindu. Kali Gelis yang mengalir ditengah Kota Kudus membagi wilayah menjadi dua bagian yaitu Kudus Kulon ( Barat ) dan Kudus Wetan ( timur ). Pada masa lampau, wilayah Kudus Kulon didiami oleh para pengusaha, pedagang, petani dan ulama, sedangkan Kudus Wetan dihuni oleh para priyayi, cendikiawan, guru-guru, bangsawan dan kerabat ningrat. Dalam perkembangannya ternyata Kudus Kulon lebih maju. Masjid Kudus dikenal oleh masyarakat karena bentuk arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara budaya Islam dan Hindu. Masjid yang dibangun pada tahun 1549 oleh Ja’far Shadiq memang memilki pesona yang luar biasa. Menara yang terbuat dari bata merah yang aslinya adalah menara peninggalan Hindu yang digunakan sebagai tempat pembakaran mayat para raja dan kaum bangsawan, namun sebagian lain menganggap bahwa menara tersebut adalah menara pengawas dari sebuah rumah ibadat agama Hindu sebelum diubah menjadi masjid. Menara masjid ini berbentuk seperti Candi Singasari atau Bale Kul-Kul di Bali, sisa peninggalan dari Zaman Hindu yang telah beralih fungsi. Tinggi menara ini kira-kira 17 m dan telah berusia tujuh abad. Bangunan menara terbagi tiga yaitu kaki, badan, dan puncak bangunan. Masjid Kudus tetap mempertahankan bentuk aslinya walaupun telah mengalami beberapa kali pemugaran. Keunikan lain di serambi masjid terdapat sebuah Candi Bentar, penduduk menyebutnya Lawang Kembar yang konon berasal dari Majapahit. Di belakang masjid adalah makam Ja’far Shadiq dan para pengikutnya yang menempati tanah dua kali lebih luas dari ukuran masjid tersebut. Seperti bentuk gapura depan, memasuki areal taman pemakaman pun yang sudah berumur ratusan tahun tetap cantik dan menarik. Dengan bergaya arsitek Hindu, masing – masing makam tersusun dengan rapi dan dibuat cluster sesuai dengan pangkatnya. Dari golongan prajurit yang paling rendah sampai dengan makam Ja’far Shadiq sendiri yang bertempat di tengah-tengah diantara semua para punggawanya. Setiap hari selalu saja masjid ini ramai dikunjungi oleh para pengunjung, baik yang hanya sekedar ingin melihat-lihat arsitek bangunan yang unik, maupun yang ingin berziarah ke makam Ja’far Sadiq ( SunanKudus ). Selama acara Buka Luwur, yang diadakan tiap tanggal 10 Muharram, tirai yang terdapat di makam ini diganti dan pada saat seperti ini ribuan peziarah akan memadati kawasan makam. Apalagi lokasinya yang terletak di pusat Kota Kudus menjadikan tempat ini sangat mudah diakses, baik dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.

Kudus juga terkenal karena industri rokoknya dan di kota inilah pertama kali jenis rokok kretek ditemukan oleh seorang penduduk Kudus bernama Nitisemito yang pernah menyatakan bahwa rokok kretek temuannya dapat menyembuhkan penyakit asma. Dia membuat rokok kretek dari tembakau yang dicampur dengan cengkeh yang dihaluskan dan dibungkus dengan daun jagung yang dikenal sebagai rokok klobot. Dia mulai menjual rokok klobot merek Bal Tiga pada tahun 1906. Nitisemito mempromosikan rokok klobotnya secara intensif dengan menggunakan radio, melakukan tur dengan grup musik bahkan menyebarkan pamflet melalui udara. Akhirnya Kudus berkembang menjadi pusat industri rokok dan pernah tercatat 200 pabrik rokok beroperasi di Kudus dan sekitarnya. Namun dalam perjalanannya, industri rokok Kudus mengalami rasionalisasi dan hanya tiga perusahaan besar yang mampu menguasai pasaran yaitu ; Bentoel di Malang, Gudang Garam di Kediri dan Djarum di Kudus. Nitisemito termasuk orang yang menjadi korban persaingan industri rokok, ia bangkrut pada tahun 1953.


kan keuangan yang tinggi. Sehingga pada akhirnya kota kecil itu sekarang ini sangat maju dan berkembang. Saat ini perusahaan rokok kretek utama di Kudus antara lain Djambu Bol, Nojorono, Sukun, dan Djarum. Perusahaan rokok yang terakhir ini adalah yang terbesar di Kudus yang mulai beroperasi sejak tahun 1952. Djarum memiliki pabrik rokok modern yang terletak di Jl. A yani, wisatawan dapat melakukan peninjauan ke pabrik ini tetapi harus meminta ijin terlebih dahulu seminggu sebelumnya. Pabrik rokok Sukun terletak agak di luar kota Kudus. Pabrik rokok ini masih memproduksi rokok klobot yaitu rokok tradisional dimana tembakau digulung dengan daun jagung.


Dari hasil penjualan rokok yang semakin meningkat setiap tahunya,pada akhirnya kota kudus menjadi kota yang mempunyai pemasukan keuangan yang tinggi. Sehingga pada akhirnya kota kecil itu sekarang ini sangat maju dan berkembang. Saat ini perusahaan rokok kretek utama di Kudus antara lain Djambu Bol, Nojorono, Sukun, dan Djarum. Perusahaan rokok yang terakhir ini adalah yang terbesar di Kudus yang mulai beroperasi sejak tahun 1952. Djarum memiliki pabrik rokok modern yang terletak di Jl. A yani, wisatawan dapat melakukan peninjauan ke pabrik ini tetapi harus meminta ijin terlebih dahulu seminggu sebelumnya. Pabrik rokok Sukun terletak agak di luar kota Kudus. Pabrik rokok ini masih memproduksi rokok klobot yaitu rokok tradisional dimana tembakau digulung dengan daun jagung.

Tidak ada komentar: